OXYTOCIN. Mungkin sebagian wanita yang sudah pernah melahirkan sedikit familiar dengan nama tersebut. Oxytocin dikenal sebagai hormone yang diberikan untuk menginduksi pada persalinan normal karena dapat meningkatkan kotraksi rahim, selain itu hormone ini juga merangsang terbentuknya prolactin hormone yang akan menyiapkan payudara ibu ntuk menghasilkan susu. Karena fungsi utamanya yang demikian besar dalam proses persalian dan menyusui, maka oxytocin lebih dikenal sebagai hormone reproduksi wanita.
Ternyata angapan tersebut dapat dipatahkan ketika pada biopsy testis serta prostat pada pria usia subur, didapatkan kadar oxytocin yang cukup tinggi. Dan pada pemeriksaan lanjutan baik pada hewan maupun tubuh manusia oxytocin membentuk sebuah ikatan dengan sel-selotak di bagian thalamus, di mana bagian ini beperan besar dalam mengatur emosi manusia.
Kesimpulannya, oxytocin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis manusia (pria dan wanita), mempunyai daerah kerja yang tidak terbatas pada alat reproduksi saja, melainkan juga berperan penting pada sel-sel otak manusia..
Hormon oxytocin sering disebut sebagai hormon cinta. Hormon ini pun mampu mempengaruhi efek fisik dan psikologis wanita maupun pria. Pengaruh tersebut berasal dari otak yang diproduksi oleh struktur bernama hipotalamus yang kemudian ditransfer ke kelenjar pituitari dan dilepaskan ke aliran darah. (via merdeka.com)
Lalu apa hubungan antara oxytocin dengan perasaan cinta yang meluap-luap? Sekelompok ilmuwan dari Rutgers Univesity mencoba mencari tahu, apakah cara manusia berhubungan dengan sesamanya dan ikatan emosional yang dalam dengannya juga dipengaruhi oleh hormone-hormon tertentu. Maka dilakukanlah pengukuran pada beberapa responden. Hasilnya, pada saat-saat seorang ibu menyusui anaknya, atau ketika seorang pria mengalami ejakulasi, kadar oxytocin dalam serum ada peningkatan tiga kali lipat. Hasil yang serupa juga ditemukan pada pasangan-pasangan yang baru menikah, sebaliknya, terdapat penurunan yang cukup signifikan pada orang-orang yang baru bercerai.
Dari hasil pengukuran diatas, muncul hipotesa bahwa oxytocin berpengaruh terhadap libido seseorang. Pernyataan ini diperkuat dengan tes penyemprotan oxytocin spray pada pria usia subur dengan kondisi fisik dan mental yang sehat. Beberapa menit setelah disemprot oxytocin spray di depan hidung, timbul ereksi pada semua pria percobaan.
Sedangkan studi yang dilakukan pada beberapa jenis mamalia seperti berang-berang dan tikus, mengungkap fakta yang cukup menarik, bahwa memblok produksi oxytocin akan membuat hewan tersebut hanya berkopulasi tanpa membentuk kawanan/group, sebaliknya memberikan tambahan suplemen oxytocin membuat berang-berang dan tikus bersikap monogami, dan membentuk kawanan dari pasangan tetapnya. Sepertinya oxytocin memang mendorong mamalia ini untuk membentuk suatu hubungan berkomitmen jangka panjang.
Apakah pada manusia juga berlangsung kondisi yang serupa dengan berang-berang dan tikus? Apakah peningkatan oxytocin dapat meningkatkan bukan hanya libido tapi juga komitmen? Sayangnya sampai sekarang belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut, yang pasti bila hal tersebut benar, maka angka perceraian dapat dikurangi dengan pemberian suplemen oxytocin.