Supermoon. Ilustrasi
WAHINGTON - Pada tanggal 19 Maret, bulan akan mendekat ke Bumi dalam
posisi terdekat dalam 18 tahun terakhir. Pada malam hari, bulan akan
bersinar lebih terang dalam jarak hanya 356.577 kilometer jauhnya.
Selain itu, purnama akan penuh.
Dan, seperti diberitakan Space.com, para astrolog (bukan astronom) meramalkan hal ini bisa menimbulkan kerusakan besar di planet ini.
Richard Nolle, seorang peramal mencatat dalam situs astropro.com menyebut kejadian itu sebagai "Supermoon" ekstrem. Dalam kondisi ini, katanya, kekacauan akan terjadi: badai besar, gempa bumi, gunung berapi dan bencana alam lainnya akan terjadi berbarengan di Bumi.
Benarkah demikian?
Para ilmuwan telah mempelajari skenario yang berkaitan selama beberapa dekade. Bahkan dalam kondisi normal, bulan cukup dekat ke bumi untuk membuat kehadirannya terasa; menyebabkan pasang surut dan aliran pasang air laut.Gravitasi Bulan bahkan dapat menyebabkan -- walau dalam skala kecil -- arus pasang di beberapa benua. Pasang surut terjadi saat purnama ketika matahari dan bulan segaris dengan bumi.
Menurut John Vidale, seorang seismolog di University of Washington di Seattle dan direktur Pacific Northwest Seismic Network, Supermoon memang memicu gempa bumi. "Kita bisa melihat peningkatan yang sangat kecil dalam kegiatan tektonik ketika mereka selaras," kata Vidale pada situs Space.com.
Pada saat bulan purnama, "Anda melihat peningkatan yang kurang dari 1 persen aktivitas gempa bumi, dan respons yang sedikit lebih tinggi di gunung berapi."
Pengaruh pasang surut pada kegiatan seismik yang terbesar di zona subduksi seperti Pacific Northwest, di mana satu lempeng tektonik yang meluncur di bawah yang lain. William Wilcock, seismolog di University of Washington, menjelaskan "Ketika Anda memiliki air surut, ada sedikit air, sehingga tekanan pada dasar laut lebih kecil tekanannya, itulah yang membuat lebih mudah bagi pergeseran itu. "
Menurut Wilcock, aktivitas gempa di zona subduksi pada gelombang rendah adalah 10 persen lebih tinggi dibandingkan pada waktu lain hari, tetapi ia tidak melihat ada korelasi antara aktivitas gempa dan kedekatan bulan bulan.
Dan, seperti diberitakan Space.com, para astrolog (bukan astronom) meramalkan hal ini bisa menimbulkan kerusakan besar di planet ini.
Richard Nolle, seorang peramal mencatat dalam situs astropro.com menyebut kejadian itu sebagai "Supermoon" ekstrem. Dalam kondisi ini, katanya, kekacauan akan terjadi: badai besar, gempa bumi, gunung berapi dan bencana alam lainnya akan terjadi berbarengan di Bumi.
Benarkah demikian?
Para ilmuwan telah mempelajari skenario yang berkaitan selama beberapa dekade. Bahkan dalam kondisi normal, bulan cukup dekat ke bumi untuk membuat kehadirannya terasa; menyebabkan pasang surut dan aliran pasang air laut.Gravitasi Bulan bahkan dapat menyebabkan -- walau dalam skala kecil -- arus pasang di beberapa benua. Pasang surut terjadi saat purnama ketika matahari dan bulan segaris dengan bumi.
Menurut John Vidale, seorang seismolog di University of Washington di Seattle dan direktur Pacific Northwest Seismic Network, Supermoon memang memicu gempa bumi. "Kita bisa melihat peningkatan yang sangat kecil dalam kegiatan tektonik ketika mereka selaras," kata Vidale pada situs Space.com.
Pada saat bulan purnama, "Anda melihat peningkatan yang kurang dari 1 persen aktivitas gempa bumi, dan respons yang sedikit lebih tinggi di gunung berapi."
Pengaruh pasang surut pada kegiatan seismik yang terbesar di zona subduksi seperti Pacific Northwest, di mana satu lempeng tektonik yang meluncur di bawah yang lain. William Wilcock, seismolog di University of Washington, menjelaskan "Ketika Anda memiliki air surut, ada sedikit air, sehingga tekanan pada dasar laut lebih kecil tekanannya, itulah yang membuat lebih mudah bagi pergeseran itu. "
Menurut Wilcock, aktivitas gempa di zona subduksi pada gelombang rendah adalah 10 persen lebih tinggi dibandingkan pada waktu lain hari, tetapi ia tidak melihat ada korelasi antara aktivitas gempa dan kedekatan bulan bulan.