Mau Sunat Saja, Pria Swaziland Harus Di Bujuk Pemerintah

watch_later
Meningkatnya angka penularan HIV/AIDS di Swaziland Afrika belakangan ini makin memprihatinkan. Sunat jadi solusi alternatif untuk mengatasinya, meski tak mudah
bagi pemerintah setempat untuk membujuk para pria agar mau 'dipangkas'
kemaluannya.

Maklum saja, di negara yang terletak di bagian selatan benua Afrika tersebut sunat belum membudaya dan memang tidak dikenal dalam tradisi nenek moyangnya. Padahal menurut penelitian, sunat bisa mengurangi risiko penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) hingga 50 persen.

Pemerintah Swaziland akhirnya meluncurkan kampanye besar-besaran untuk membujuk para pria agar mau disunat secara sukarela. Sasaran yang dibidik adalah pria berusia 14 hingga 49 tahun, dengan target 80 persen di antaranya harus sudah disunat pada April 2011.

Kampanye ini secara resmi telah diluncurkan oleh otoritas kesehatan setempat pada Senin, 21 Februari 2011. Peresmiannya ditandai dengan peluncuran 4 klinik milik pemerintah yang akan melayani para pria jika ada yang berminat untuk disunat.

Tidak tanggung-tanggung, pemerintah Swaziland menganggarkan dana US$ 15 juta atau sekitar Rp 133 miliar (kurs 8870/US$). Sebagian di antaranya merupakan sumbangan dari Amerika Serikat melalui United States Agency for International Development (USAID).

"Tentu saja ini bukan solusi singkat jangka pendek, tapi kami tetap berharap dampaknya bisa dirasakan dalam jangka panjang," ungkap koordinator kampanye sunat sukarela, Ayanda qeketo seperti dikutip dari AFP, Jumat (25/2/2011).

Menurut laporan Joint United Nations Programme, jumlah pengidap HIV di Swaziland pada tahun 2009 terbilang sangat tinggi yakni 25,9 persen dari jumlah penduduk yang mencapai 1,2 juta jiwa. Jika kampanye sunat ini berhasil, diharapkan 88.000 kasus baru penularan HIV bisa dicegah tahun ini.



sentiment_satisfied Emoticon