Warga padukuhan Candisari, Hargosari,
Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, digegerkan oleh peristiwa pohon
keramat yang kembali berdiri setelah sebelumnya roboh, Rabu
(16/2/2011). Warga sekitar menyebut pohon wunung tua itu pacak suci.
Pohon yang telah berusia
ratusan tahun itu tumbang oleh angin puting beliung yang menerjang
wilayah Hargosar, Selasa sore. Pohon itu roboh menimpa dan merusak
bagian depan Masjid An Nashr di tengah Pedukuhan Candisari.
Esok harinya warga dibantu oleh
pihak koramil memotong pohon yang tumbang dan melintang di jalan desa
tersebut. Setelah berhasil memotong pohon tersebut, warga beristirahat
makan siang sekitar pukul 12.00 WIB. Namun, ketika warga bermaksud
menyingkirkan potongan pohon, mereka terkejut karena bagian bawah pohon
tersebut telah berdiri tegak kembali seolah tak pernah roboh.
'Saya tidak mengerti bagaimana hal itu bisa terjadi, tau-tau pohon sudah berdiri lagi,' ujar Kepala Dukuh Candisari Jumeno.
Peristiwa itu pun kontan
mendapat perhatian warga sekitar. Mereka langsung mendatangi lokasi
pohon yang dikeramatkan tersebut untuk menyaksikan langsung. Menurut
Jumeno, sebelum tumbang, tinggi pacak suci sekitar 16 meter. Setelah
tumbang dan dipotong, bagian bawah pohon keramat yang kembali berdiri
tersebut tingginya sekitar 4 meter.
'Tadinya udah jebol sampai
akar-akarnya, ini sekarang akarnya sudah kembali menyatu dan tegak
seperti enggak pernah roboh,' ujar kepala dukuh.
Menurut pengakuan seorang
warga, Nuryadi, ia mendengar bunyi aneh saat dirinya beristirahat di
dekat pohon tersebut. Saat itu Nuryadi mengatakan posisi duduknya
membelakangi pohon yang telah dipotong menjadi beberapa bagian itu
sambil mengobrol dengan beberapa warga.
'Saya dengar bunyi 'kresek' begitu, terus pas noleh ternyata pohonnya sudah berdiri lagi, langsung saya lapor Pak dukuh,' katanya.
Seorang sesepuh desa, Harno
(70), mengatakan, pohon tersebut telah berada di tempat itu sejak lama.
Pohon tersebut juga dipercaya sebagai cikal bakal adanya Desa
Hargosari. 'Candisari ini, kan, pedukuhan tertua di Hargosari dan pacak suci adalah semacam pasak utama penyangga desa,' tutur Harno.
Dengan kejadian tersebut,
kepala dukuh dan para sesepuh desa sepakat untuk tidak memotong pacak
suci itu. Mereka meyakini bahwa pohon keramat tersebut memang tidak
boleh dipotong.'Ya, mungkin yang 'menunggu' pacak suci tidak rela untuk
dipotong,' kata Jumeno.